Pandaan [dot] Info | Pandaan Green and Clean | Internet Marketing dan SEO
Rubrik : Berita Terkini
Apa Benar Gajah Mada Lahir di Pandaan?
2010-11-03 09:15:07 - by : admin

Sejarah  mencatat. Gajah Mada adalah Mahapatih
Amangkubumi mumpuni dan berjasa besar pada Majapahit.  Bahkan, nama
besar Gajah Mada, di beberapa daerah, lebih dikenal dari pada
raja-raja Majapahit, termasuk Hayam Wuruk atau Sri
Rajasanagara
(1350 – 1359) sendiri. Karena jasanya,  Professor
Muhammad Yamin menyebut Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara.
Boleh jadi, konsep Negara Kepulauan Indonesia saat ini adalah
visi dari Gajah Mada di tahun 1300 Masehi. Sekitar 7 abad lalu!


Dibalik ketenaran, keunggulan serta kecemerlangan di bidang ilmu
politik pemerintahan, hukum serta  kanuragan, namun asal usul, jati diri
dan  akhir hayat Gajah Mada masih menjadi teka teki. Gajah
Mada
muncul dalam sejarah saat menjadi Bekel (kepala) Bhayangkara , yaitu satuan pengawal raja Jayanegara. Gajah Mada mampu
menyelamatkan raja ke Bedander karena ada pemberontakan yang
dipimpin Kuti. Bahkan, dengan segala daya upaya dan
kepiawaiannya, Gajah Mada mampu mengatasi pemberontakan dan
mengembalikan Prabu Jayanegara ke dampar kencana tahta
Majapahit. Menariknya, tidak mungkin bila Prabu Jayanegara mempercayakan keselamatannya kepada seorang “Gajah Mada” yang
tidak diketahui asal usulnya! Ibaratnya, tidak mudah dan tidak mungkin
bagi seseorang untuk menjadi bagian apalagi pimpinan Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) bila tidak memiliki track record yang luar biasa dan istimewa!


Muhammad Yamin mengatakan Gajah Mada lahir di sebuah lembah
di dekat sumber mata air Brantas. Di kaki Gunung Kawi dan Gunung Arjuno.
Naskah Usana Jawa yang digubah di Bali menyebut bahwa tokoh
sejarah kuno ini lahir di Bali. Menurut naskah ini Gajah Mada lahir dengan cara “memancar” dari buah kelapa sebagai penjelmaan Sang
Hyang Narayana
. Jadi lahir tanpa ayah dan ibu. Lahir karena
kehendak dewa-dewa (Yamin 1977: 13 dalam  Munandar 2010:1).


Babad Gajah Mada yang juga digubah di Bali menguraikan  Gajah
Mada
berasal dari pertapaan Lemah Tulis.  Ibunya Patni Nari
Ratih
yang bersuamikan Mpu Sura Darma Yogi, murid dari Mpu
Raga Runting
. Namun, Dewa Brahma terpesona dengan
kecantikan Nari Ratih sehingga menanam benih dengan cara
memaksanya. Akhirnya,  suami istri ini pergi meninggalkan wilayah Lemah
Tulis. Mereka mengembara sampai berbulan-bulan dan tiba di kaki Gunung
Semeru. Di Desa Mada lahirlah sang jabang bayi laki-laki yang akhirnya
diasuh oleh kepala Desa Mada. Kedua orangtuanya melanjutkan bertapa di
Gunung Plambang. Kelak si bayi akan menjadi orang besar yang dikenal di
seantero Nusantara.


Viddy Al Mahfud Daeri, seorang budayawan berpendapat, bahwa Gajah
Mada
lahir di Desa Modo yang termasuk Kabupaten Lamongan.
Buktinya, di tempat itu ada petilasan yang dipercaya sebagai tempat
kelahiran sang Mahapatih Amangkubumi. Akhirnya, Pemda Lamongan pun giat
menelusuri bukti-bukti sejarah yang ada.


Interpretasi terbaru: Gajah Mada lahir di Pandaan.
Demikian ungkap Agus Aris Munandar. Doktor dan dosen Arkeologi FIB UI. Gajah
Mada
adalah anak dari Gajah Pagon. Cucu Macan Kuping,
penghulu tua Desa Pandakan. Bila benar Pandakan yang
sekarang, dulu berpangkal kepada Desa Pandakan si Macan Kuping,
maka Gajah Mada lahir di Jawa Timur, di dataran tinggi Malang,
daerah awal mengalirnya Sungai Berantas (Munandar 2010: 11)


Walau secara geografis Agus Aris Munandar tidak secara tepat menyebut
Pandaan sebagai dataran tinggi di Kabupaten Pasuruan di kaki gunung
Welirang – Arjuno, pendapat tersebut sangat menarik untuk didiskusikan.
Apalagi interpretasi ini sangat dekat dengan perkiraan Yamin bahwa Gajah
Mada
lahir di kaki gunung Kawi dan Arjuno!


Berita Pararaton menyebutkan bahwa runtuhnya kraton
Singosari adalah akibat serangan Jayakatwang dari Gelang-gelang/
Kediri
Awalnya Raden Wijaya, menantu Kertanegara disertai dengan pengawal dan teman-teman setianya seperti Lembusora,
Nambi, Ranggalawe, Gajah Pagon, Pedang Dangdi
mencoba bertahan.
Tapi akhirnya diputuskan untuk mengungsi ke utara. Gajah Pagon yang telah bertempur hebat melawan tentara Kediri terkena
tombak di pahanya


Pararaton secara lugas dan panjang lebar menulis perjalanan Raden
Wijaya
yang mengungsi ke arah utara akhirnya tiba di hutan kawasan
Telaga Pager. Diputuskan kemudian Raden Wijaya harus
menuju Madura meminta perlindungan Arya Wiraraja. Akhirnya, dengan susah
payah rombongan Raden Wijaya tiba di desa Pandakan dan diterima oleh kepala desa bernama Macan Kuping. Raden
Wijaya
disuguhi kelapa muda yang setelah dibuka ternyata isinya tak
lain nasi putih.


Lebih jauh Pararaton menyatakan: :


Gajah Pagon tidak dapat berjalan, berkata Raden Wijaya: “Penghulu
Desa Pandakan saya titip seorang teman, Gajah Pagon tak dapat berjalan,
agar ia tinggal disini”.


Berkatalah orang Pandakan: “Hal itu akan membuat buruk tuanku,
jika Gajah Pagon ditemukan di sini, sebaiknya jangan ada pengikut tuanku
yang diam di Pandakan. Seyogyanya dia berdiam di tengah kebun, di
tempat orang menyabit rumput ilalang, ditengah-tengahnya dibuat sebuah
ruangan terbuka dan dibuatkan gubuk, sepi tak  ada yang tahu,
orang-orang Pandakan membawakan makanannya setiap hari


Dari berita ini, dapat ditafsirkan keadaan berangsur-angsur aman dan Gajah
Pagon
sembuh dari lukanya. Sangat mungkin ia lalu menikah dengan
anak perempuan Macan Kuping. Setelah penghulu Desa Pandakan itu meninggal, Gajah Pagon menggantikan kedudukannya menjadi
kepala Desa Pandakan. Kemudian keadaan semakin membaik. Majapahit berdiri dan Wijaya menjadi raja. Saat itulah teman-teman
seperjuangan Wijaya mendapat kedudukan masing-masing walaupun
berbagai sumber menyatakan ada yang tidak puas. Gajah Pagon tetap menjadi penguasa daerah Pandakan.  (Munandar 2010: 11)


Tokoh yang menonjol di awal Majapahit, kala diperintah Raden
Wijaya (Krtaraja Jayawardhana
) yang menggunakan nama “Gajah” adalah
Gajah Pagon. Sedangkan tokoh selanjutnya yang bernama “Gajah“
yang juga terkenal adalah Gajah Mada, di jaman pemerintahan Jayanegara.
Nama “Gajah “ sesungguhnya berarti pemberani, tahan mental, tidak mudah
menyerah, setia kepada tuannya dan berperilaku seperti hewan gajah yang
akan menghalau semua penghalang! Jadi dapat diperkirakan bahwa Gajah
Mada
sejatinya adalah anak dari Gajah Pagon, salah
seorang perwira dan pahlawan Majapahit yang terluka di Pandakan.
Gajah Mada lahir dari hasil perkawinan Gajah Pagon dan putri Macan Kuping. Kedua “Gajah” ini  punya nama dan sifat
yang hampir identik!


Maka, mudahlah menerima alasan bila Prabu Jayanegara memilih
anak muda bernama Gajah Mada untuk menjadi Bekel (Kepala) Bhayangkara, pasukan pengawal raja, karena Gajah
Mada
memang memiliki track record yang istimewa. Ayah Gajah
Mada
adalah perwira pilih tanding, setia kepada Raden Wijaya,
tidak terlibat dalam berbagai kerusuhan yang muncul saat awal Majapahit
berdiri karena ketidak puasan pembagian jabatan atau daerah. Gajah
Mada
sendiri adalah prajurit  unggul baik secara lahir maupun batin
karena gemblengan yang diperolehnya dari ayah dan tokoh-tokoh lainnya
kala itu.


Bila Gajah Mada unggul dalam olah lahir dan olah batin hal
tersebut dapat dengan mudah dipahami. Pandakan adalah termasuk
lereng timur Gunung Penanggungan yang dulu disebut Pawitra.
Gunung Penanggungan saat itu merupakan  kiblat bagi masyarakat
Majapahit. Di gunung suci inilah banyak terdapat mandala-mandala
dan ke-resi-an tempat menggembleng berbagai macam ilmu. Baik ilmu
ajaran keagamaan. yoga, mitologi, serta ilmu duniawi seperti
ilmu pemerintahan, hukum, politik kerajaan, strategi perang dan mungkin
juga dasar geografi Nusantara (Munandar 2010: 15). Tak heran, bila
akhirnya, Gajah Mada menjadi tokoh Majapahit yang mumpuni dan
memiliki visi jauh ke depan.


Masih ada pertanyaan. Dimanakah letak Telaga Pager? Benarkah
Pandakan jaman dahulu sama dengan Pandaan sekarang? Hasil
penelusuran Hadi Sidomulyo terhadap berita Negarakertagama, Telaga
Pager
terdiri dari dua nama, Pager dan  Telaga.
Desa Pager 2 km di utara Damar (termasuk Desa Sekarmojo,
Kecamatan Purwosari). Sedangkan Telaga merupakan nama
lama dusun Kucur (Sumberejo) yang letaknya 3 Km di barat daya Pager. Ini jelas tidak bertentangan  dengan berita Pararaton, yang
menyatakan dari Telaga Pager, Raden Wijaya menuju Pandakan sebelum ke Rembang lalu menyeberang ke Madura.


Nama Pandakan juga muncul dalam kitab Negarakertagama yang selesai ditulis tahun 1365. “ rahina muwah ri tambak i rabut
wayuha balanak linakwan alaris anuju ri pandhakan ri bhanaragi amgil
….
(Pada hari berikutnya ia melalui Tambak, Rabut Wayuha dan Balanak menuju Pandhakan dan Bhanaragi…) (Sidomulyo 2007: 84)


Tambak adalah dusun di Desa Lemahbang, 14 km dari
Purwosari,  Rabut Wayuha tak lain daripada Suwayuwo, 2 km di
utara Lemahbang. Balanak dan Bhanaragi tak
dikenal lagi. Dari urutan nama tempat itu jelas, Pandhakan tentu saja adalah Pandaan sekarang!


Pandhakan jaman dulu adalah identik dengan Pandaan sekarang juga didukung uraian Piagam Kudadu bertahun 1294,
dikeluarkan oleh Kertarajasa Jayawardana berdasarkan
pengalamannya saat mengungsi ke Madura. Prasasti Kudadu yang
berasal dari Gunung Buthak, Trawas Mojokerto menceritakan terima kasih
raja Kertarajasa kepada ketua dusun Kudadu yang pernah
menerimanya dengan ramah waktu singgah dalam perjalanan ke Madura. Saat
mengungsi Raden Wijaya dalam masalah besar. Namun ketua dusun Kudadu menerimanya dengan ramah dan memberinya makan dan minum. Kemudian
mengantarnya ke Rembang untuk melanjutkan menyeberang ke
Madura.  Demikianlah dapat disimpulkan, nama Kudadu sebenarnya
identik dengan Pandak /Pandhakan atau Pandaan sekarang.


Dalam konteks kekinian, tak perlu diragukan dan berlebihan bila kota
Pandaan dikemudian hari benar-benar dipilih sebagai ibukota Jawa Timur.
Dari segi historis, Pandaan telah menampilkan Gajah Mada sebagai salah satu tokoh utama sejarah kuno Nusantara. Aktivitas jasa,
keuangan, industri  serta infrastuktur kota Pandaan berkembang sangat
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kota Pandaan juga menjadi center
poin
dan urat nadi transportasi kota-kota besar lainnya di Jawa
Timur. Begitu juga ketersediaan lahan masih sangat memungkinkan untuk
perluasan kota. Daya dukung sumber daya alam, objek wisata alam, objek
wisata sejarah Pandaan dan sekitarnya dapat diandalkan. Mau apalagi?
Pilihan yang tak ada bandingannya saya kira! (teguhhariawan.wordpress.com)


Pandaan [dot] Info | Pandaan Green and Clean | Internet Marketing dan SEO : http://www.pandaan.info/
Versi Online : http://www.pandaan.info//?pilih=news&aksi=lihat&id=207